PENDIDIKAN BERBASIS ILMU - PII NTB
News Update
Loading...

Rabu, 27 November 2013

PENDIDIKAN BERBASIS ILMU


Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah: berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Itu tujuannya. Tapi, bagaimana membentuk seorang yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu, dan sebagainya? Sekolah atau kampus manakah di Indonesia yang saat ini bisa dicontoh mampu melahirkan lulusan seperti yang diharapkan oleh UU Sisdiknas tersebut? Bagaimana umat Islam mewujudkan tujuan pendidikan yang begitu ideal? Padahal, di masa lalu, umat Islam pernah memiliki sistem pendidikan yang begitu ideal, yang mampu melahirkan sosok-sosok ilmuwan dan ulama pada saat yang sama.

Ambilllah contoh Fakhruddin ar-Razi. Ar-Razi adalah ulama yang saintis. Hal itu dapat dibuktikan dengan karya ilmiahnya yang melimpah, baik masalah sains maupun masalah agama. Ia telah menulis 6 karya dalam ilmu Tafsir, 20 karya dalam ilmu Kalam, 9 karya dalam bidang filsafat, 6 karya dalam ilmu Filsafat dan Kalam, 5 karya dalam Logika, 2 dalam Matematika, 6 karya dalam ilmu Kedokteran, (48 karya dalam MIPA) 9 karya dalam ilmu Syariah, 4 karya dalam bidang sastra, dan masih puluhan lagi karyanya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya. Pun, masih banyak juga karyanya masih dalam bentuk manuskrip dan belum dikaji.

Ar-Razi adalahseorang dokter pada zamannya. Ia juga menulis beberapa komentar terhadap buku-buku kedokteran. Pada usia 35 tahun, ia telah menerangkan bagian-bagian yang sulit dari al-qanun fi al-tibb kepada seorang dokter terkemuka di Sarkhes, yaitu Abd al-Rahman bin Abd al-Karim. Ia juga seorang ahli di bidang ilmu-ilmu Bahasa Arab (Sastra, Balaghah dan tata bahasa). Ia menulis Nihayat al-Ijaz fi Dirayat al-I’jaz. Dalam karya tersebut, ia mengkritik beberapa pendapat al-Jurjani dan menambahkan beberapa hal baru. Selain itu, kekuatan hafalan Ar-Razi juga luar biasa. Selain menghafal al-Qur’an dan banyak al-Hadist, ia juga menghafal al-Shamil, karya Imam al-Haramayn, al-Mu’tamad, karya Abu al-Husayn al-Basri, dan al-Mustasfa, karya al-Ghazali.

Dalam penguasaan Al-Razi terhadap berbagai ilmu itu di antaranya pada ilmu-ilmu Rasional, dialah yang pertama kali menjadikan logika sebagai ilmu tersendiri. Fakhruddin al-Razi juga pelopor Ilmu Kalam baru dengan memasukkan persoalan-persoalan fisika ke dalam metafisika. Sains dan filsafat menjadi wacana dalam ilmu Kalam. Fakhruddin al-Razi menggagas fisika Non-Aristoteles, sebuah teori baru, yang mendahului zamannya. Ia telah mendahului zaman modern Barat, seperti yang selama ini diklaim telah dilakukan oleh Francis Bacon.

Bagaimana sebuah sistem pendidikan dapat melahirkan manusia semacam ar-Razi? Kita bisa mengatakan bahwa sistem pendidikan waktu itulah yang menghasilkan orang macam ar-Razi, mengingat ilmuwan seperti dia tidak seorang diri. Kita mengenal ada al-Ghazali, Ibn Sina, al-Khawarizmi, al-Biruni, Jabir Ibn Hayyan, Ibnu Khaldun, Ibn Rusyd, Ibn al-Haytsam, Umar Khayyam, dll. Orang-orang seperti merekalah yang berhasil membawa peradaban Islam maju dan memimpin dunia kala itu.

Secara sederhana, sistem pendidikan yang diterapkan kaum muslimin sejak dahulu adalah sistem pendidikan yang berbasis pada konsep ilmu yang benar. Tanpa konsep ilmu yang benar, pendidikan akan melenceng arahnya. Bisa jadi sistem tersebut menghasilkan orang-orang yang berilmu, tapi tidak bertakwa dan bodoh ilmu agamanya. Demikian pula sebaliknya. Mengingat sebagian besar yang diajarkan di dunia pendidikan adalah ilmu pengetahuan, maka konsep dasar ilmu yang benarlah yang akan menghasilkan sistem pendidikan yang baik.

Bagaimana konsep ilmu yang benar menurut Islam? Ibn Taimiyyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa mendefinisikan ilmu sebagai sebuah pengetahuan yang berdasar pada dalîl (bukti). Dalil yang dimaksud bisa berupa penukilan wahyu dengan metode yang benar (al-naql al-mushaddaq), bisa juga berupa penelitian ilmiah (al-bahts al-muhaqqaq). Jika sesuatu yang dikatakan ilmu itu pada kenyataannya tidak berdasar pada dalîl seperti disebutkan di atas, maka ia ibarat sebuah tembikar yang terlihat bagus dari luarnya saja (khazaf muzawwaq). Maksudnya, kelihatan sebagai sebuah ilmu yang bagus tapi sebenarnya ia bukan ilmu. Atau kalau tidak, menurut Ibn Taimiyyah, yang disangka ilmu tersebut adalah sesuatu yang jelas-jelas batal(til mutlaq), yakni bukan ilmu sama sekali.

Jadi jelas, dalam Islam, wahyu merupakan sumber ilmu. Sedangkan dalam pandangan Barat, wahyu tidak termasuk ilmu karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam pengertian Barat, sebagaimana dikutip oleh Prof. Wan Mohd Nor, ilmu adalah pengenalan terhadap fakta (knowledge denotes acquaintance with, or clear perception of facts). Fakta juga merujuk pada perkara-perkara yang bia ditangkap oleh pancaindra lahir, yakni yang bersifat empiris. Keberadaan perkara lain di luar kemampuan pancaindera lahir tersebut dianggap bukan fakta, dan tidak dipandang sebagai bagian dari bidang ilmu.

Konsep ilmu dalam Islam tidak berhenti hanya sampai pada hal-hal yang empiris. Selain objek fisik, ilmu dalam Islam meliputi pula objek-objek yang metafisika. Menurut Prof. Mulyadhi Kartanegara, seperti objek-objek fisik, objek-objek metafisika juga memiliki status ontologis yang sah. Objek ilmu metafisika seperti Tuhan, malaikat, jin dan ruh adalah entitas-entitas yang sama riilnya dengan objek-objek fisik-empiris.

Selain mempunyai objek yang berbeda dengan konsep ilmu dalam pandangan Barat, dalam Islam ilmu itu sendiri tidak bebas nilai, tapi terikat dengan nilai-nilai tertentu. Menurut Ziauddin Sardar, “Jika ilmu itu sendiri netral, maka sikap kita dalam mendekati ilmu itulah yang menjadikan ilmu itu sekular atau Islami. Pendekatan Islam mengakui keterbatasan otak dan akal manusia, serta mengakui bahwa semua ilmu pengetahuan itu berasal dari Tuhan.”

Ilmu juga harus bermanfaat. Kata-kata ini penting, mengingat dalam ajaran Islam diajarkan doa khusus agar ditambahkan ilmu yang bermanfaat dan dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullah saw bersabda sebuah hadits, ”Mintalah kepada Allah ilmu yang bermanfaat, dan berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.” (HR Ibnu Majah).

Ilmu yang bermanfaat inilah yang sejalan dengan ajaran Islam (Al-Quran dan Sunnah). Ilmu yang dikembangkan tanpa menghiraukan Tuhan dan yang para pendukungnya menolak Tuhan atas nama ilmu, perlu diwaspadai. Contoh, ilmu Astronomi yang tidak lagi menganggap perlu mengaitkan alam dengan Tuhan, menganggap Tuhan sebagai hal yang tidak riil dan diletakkan hanya sebagai hipotesis, sebagaimana dinyatakan Laplace. Ilmu semacam ini, menurut Prof. Mulyadhi Kartanegara, jelas bertentangan dengan agama.

Jadi, tidak semua ilmu bersifat positif. Bahkan, ada ilmu yang berdampak negatif terhadap keimanan. Ilmu semacam ini bisa dikaji secara kritis oleh orang-orang tertentu. Namun, ilmu yang menjelaskan fenomena alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, jelas ilmu yang baik bahkan ilmu yang sakral. Karena itu, sebelum melaksanakan suatu proses pendidikan, adalah mutlak untuk memahami konsep ilmu yang benar, agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri.

 Penulis : Adian Husaini

Share with your friends

DONASI SEKARANG Donasi anda akan digunakan untuk kepentingan dakwah melalui PW PII NTB seperti mendanai kegiatan PII, perpanjang domain dan optimalisasi website. Jazakumullahu Khairan.

STRUKTUR ORGANISASI

ARI SEPTIAWAN

Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Nusa Tenggara Barat Periode 2023-2025

GINA HAEROUMMAH

Ketua I Bidang Kaderisasi

AHMAD FAHREZI

Ketua II Bidang Pengembangan dan Pemberdyaan Organisasi

ARYA NAQSABANDI

Ketua III Bidang Komunikasi Ummat

ABIYYUZAKI SYUKRON

Sekretaris Umum

IKHSAN MAULANA

Bendahara Umum

UMMARROH ANSYARIAH

Ketua BO KOORWIL PII Wati

SAFIRA RAHMAH

Sekretaris dan Bendahara BO

BAIQ RIA HIDAYATI

Kadiv Kajian Isu Strategis dan Eksternal

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done