COVID-19: ANTARA SAINS DAN DISINFORMASI DI MASYARAKAT - PII NTB
News Update
Loading...

Rabu, 15 April 2020

COVID-19: ANTARA SAINS DAN DISINFORMASI DI MASYARAKAT


Isu penyebaran virus corona atau dikenal dan COVID-19 semakin mengkhawatirkan masyarakat. Virus yang ditenggarai mulai tersebar di kawasan Wuhan, Hubei RRT sejak akhir tahun lalu ini telah dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Jhon Hopkins University per 30 maret 2020, secara global virus COVID-19 atau SARS-CoV-2 telah membunuh setidaknya hampir 34.000 jiwa dengan Itali sebagai negara dengan angka kematian tertinggi diikuti oleh Spanyol dana RRT sebagai negara paling terdampak virus ini. 

Berdasarkan sumber yang sama, sejauh ini di Indonesia terdapat 1.285 orang yang diduga terpapar oleh virus COVID-19. Berdasarkan jumlah tersebut terdapat 64 orang yang telah dinyatakan sembuh dan 122 orang dinyatakan meninggal dunia akibat terserang virus COVID-19.

Berbagai usaha dilakukan guna mencegah penyebaran virus ini. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan menjaga dan membiasakan diri dengan pola hidup bersih serta tetap menggunakan hand sanitizer dalam aktivitas sehari-hari. Berbagai informasi berkaitan dengan hal ini pun telah marak beredar dan tersebar luas di masyarakat, terutama melalui media informasi online yang tersedia seperti whatsapp, facebook dan juga berbagai media massa yang ada.

Penyebaran informasi yang sangat cepat dana meluas ini menjadikan tantangan tersendiri bagi kita untuk menjawab dan memperhatikan hal secara tepat dan spesifik. Terutama berkaitan dengan isu-isu sentral yang sangat membutuhkan penjelasan saintifik dan ilmiah telah mengantarkan kita pada distrupsi disinfornasi saintifik atau juga dikenal dengan istilah pseudosains.

Maraknya Pseudoscience dan Disinformasi

Salah satu personal yang muncul dari penyebaran informasi yang luas dan cepat ini adalah muncul disinformasi dan hoaks yang mengatasnamakan sains dan ilmu pengetahuan. Jumlah informasi yang berlebih yang menyertai kehadiran COVID-19 ini bahkan telah menjurus pada kebingungan dan ketidak percayaan publik akan hal-hal berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan mereka.

Misalkan saja hal yang dilakukan oleh salah satu reporter stasiun televisi nasional beberapa waktu yang lalu, hadir dalam pemberitaannya dengan menggunakan masker gas. Tentu saja hal ini menjadikan publik bertanya-tanya akan seberapa pentingnya masker wajah dalam menghadapi COVID-19 ini dan apa jenis yang paling tepat untuk digunakan.

Banyaknya hal yang tidak diketahui berkaitan dengan COVID-19 ini menjadikan naluri dasar rasa ingin tahuan manusia untuk mencari tahu jawaban di dunia maya dan media social yang tersedia untuk memperoleh jawaban-jawaban yang valid. Hal ini tentu saja menjadikan kita perlu untuk memilah dan memilih sumber-sumber informasi dan jawaban serta mengukuhkan kepercayaan kita pada lembaga-lembaga yang otoritatif gunung menguatkan kita.

Beberapa berita yang dikeluarkan oleh Lembaga resmi seperti WHO dan LIPI telah sangat membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Namun, informasi tersebut bisa menjadi sangat bias bagi masyarakat kebanyakan ketika tidak disampaikan secara tepat.

Misalkan saja dalam meracik antiseptik dan disinfektan. Banyak beredar beberapa cara yang mudah untuk dilakukan namun tidak tepat dalam pengukuran dan penggunaan. Hal ini tentu saja akan menjadikan hal yang sia-sia. Kita ambil kasus cara meracik disinfektan, beberapa waktu yang lalu beredar video tokoh masyarakat yang mencampurkan beberapa bahan sanitasi rumah tangga yang terdiri dari pemutih pakaian, pembersih lantai, pembersih porcelain dan juga air dengan takaran yang sangat umum. Bagi masyarakat kebanyakan tentu saja hal saja ini adalah kabar gembira dan menyenangkan karena mereka dapat meramu sendiri disinfektan dengan menggunakan bahan sanitasi rumah tangga, namun yang tidak mereka ketahui bahwa racikan ini adalah racikan yang tidak tepat dengan tidak memperhatikan keselamatan dan ketepatan dalam penggunaannya.

Hal lain yang cukup popular misalnya penggunaan disinfectant chamber atau bilik disinfektan dibanyak tempat. Padahal hal itu tentu saja berbahaya, terlebih lagi bila proses dan prosedur keselamatan selama berada dalam bilik tersebut tidak diperhatikan. Penggunaan disinfektan dimaksudkan untuk membunuh kuman, bakteri dan virus. Bahan-bahan yang digunakan untuk disinfektan mengandung bahan-bahan kimia yang dalam paparan berlebih dan jangka panjangnya dapat berbahaya bagi kulit, belum lagi bila terdapat cairan atau uap yang masuk ke dalam tubuh baik melalui hidung, mulut ataupun mata. WHO sendiri telah merilis bahwa penyemprotan disinfektan ke bagian tubuh dapat berbahaya.

"Indonesia, jangan menyemprot disinfektan langsung ke badan seseorang, karena hal ini bisa membahayakan. Gunakan disinfektan hanya pada permukaan benda-benda. Ayo #lawan COVIDI-19 dengan tepat" tulis akun twitter resmi WHO Indonesia 29 Maret 2020.

Hal terbaru dan bahkan lebih luar biasa lagi baru-baru ini adalah sepasang suami istri yang berbelanja ke salah satu supermarket dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap layaknya seorang tenaga medis di garda terdepan. Tentu saja boleh jadi dikarenakan oleh kekhawatiran diri yang dimiliki ditambah dengan informasi yang diserap namun tidak tepat dalam penggunaannya menjadikan pasangan tersebut memilih berpergian dengan gaya fashion tersebut. Hal ini tentu saja jika tidak dicegah akan menjadikan masyarakat berebut untuk memiliki APD terbaik guna melindungi dari saat berpergian.

Apa yang harus dilakukan? 

Sebagai langkah awal yang dapat kita lakukan adalah membatasi akses informasi terkait COVID-19 yang kita terima dengan tetap mengacu sumber kanal informasi yang terpercaya, seperti WHO khusus untuk membahas penyebaran epidemic (www.epidemic.com), tiga situs resmi pandemic COVID-19 seperti ww.covid19.go.id, dan www.cororna.jakarta.go.id, anda dapat pula mencari tahu informasi yang dikeluarkan oleh LIPI (www.lipi.go.id) guna mengetahui perkembangan penelitian dan pencegahan dari COVID-19 ini.

Mencari informasi melalui kanal dan sumber terpercaya dapat membantu kita dalam meminimalisir misinformasi yang diperoleh. Selain itu, peran serta komunitas masyarakat dalam menyebarkan informasi dari sumber terpercaya menjadi penting terutama dalam mengurasi kecemasan dan kepanikan yang terdapat di masyarakat.

Mengatur alur yang informasi yang kita terima menjadi salah satu hal penting dalam mencegah dan mengontrol penyebaran COVID-19 di masyarakat. "Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan" -Ibnu Sina. 
Penulis: Syarifatul Mubarok - Pengurus Kelurga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) NTB dan Dosen Jurusan Tadris Kimia UIN Mataram.
Tulisan ini diambil dari artikel opini Lombok Post tanggal 15 April 2020.

Share with your friends

DONASI SEKARANG Donasi anda akan digunakan untuk kepentingan dakwah melalui PW PII NTB seperti mendanai kegiatan PII, perpanjang domain dan optimalisasi website. Jazakumullahu Khairan.

STRUKTUR ORGANISASI

ARI SEPTIAWAN

Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Nusa Tenggara Barat Periode 2023-2025

GINA HAEROUMMAH

Ketua I Bidang Kaderisasi

AHMAD FAHREZI

Ketua II Bidang Pengembangan dan Pemberdyaan Organisasi

ARYA NAQSABANDI

Ketua III Bidang Komunikasi Ummat

ABIYYUZAKI SYUKRON

Sekretaris Umum

IKHSAN MAULANA

Bendahara Umum

UMMARROH ANSYARIAH

Ketua BO KOORWIL PII Wati

SAFIRA RAHMAH

Sekretaris dan Bendahara BO

BAIQ RIA HIDAYATI

Kadiv Kajian Isu Strategis dan Eksternal

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done