Ulama dan Santri Pahlawan Indonesia - PII NTB
News Update
Loading...

Rabu, 24 Juni 2020

Ulama dan Santri Pahlawan Indonesia


Tanggal 10 November dijadikan hari pahlawan bagi bangsa Indonesia. Tentunya dalam memperingati hari pahlawan, pemerintah pasti memberikan gelar kepada beberapa orang yang di anggap sebagai “pahlawan”. Sebuah gelar yang sangat istimewah bagi orang yang dianugrahi gelar tersebut. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan diartikan sebagai orang yang  menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yg gagah berani. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah “siapakah pahlawan Indonesia sebenarnya?”

Pemerintah Indonesia melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, menetapkan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada tiga tokoh pada 2013, temasuk dua tokoh Kristen, TB. Simatupang  dan Lambertus Nicodemus Palar. Ketiga tokoh yang diberi gelar Pahlawan Nasional yaitu Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wedyodiningrat dari Yogyakarta, Lambertus Nicodemus Palar dari Sulawesi Utara, dan Letjen TNI (Purn) TB Simatupang dari Sumatra Utara.

Pejabat Departemen Sosial, Hartono menjelaskan, ketiga tokoh tersebut ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional dari delapan usulan calon pahlawan, ujarnya, Jum'at, 8/11/2013. Radjiman Wedyodiningrat, kelahiran Yogyakarta 21 April 1879, adalah salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia. Ia merupakan ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). (VOA Islam. Com)

Sedangkan, Lambertus Nicodemus (LN) Palar adalah tokoh yang lahir di Rurukan Tomohon, Sulut, pada 5 Juni 1900. Ia menjabat sebagai wakil RI dalam beberapa posisi diplomatik di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sementara, TB Simatupang lahir di Sidikalang, Sumut, pada 28 Januari 1920. Dia adalah tokoh militer Indonesia yang kini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Setelah pensiun pada 1959 dia aktif di Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI), Dewan Gereja-Gereja se-Asia, hingga Dewan Gereja-Gereja se-Dunia.


Rekam Jejak dan Konspirasi Kristen di Indonesia

Riwayat kristenisasi di Indonesia serentak dengan datangnya penjajah kolonial. Selama tiga setengah abad Indonesia dijajah oleh Spanyol, Portugis, Belanda, dan Jepang. Status sebagai Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia sekaligus memiliki kekayaan alam yang berlimpah menjadikan Indonesia target penting bagi missionaries dan kolonialis. Ibarat Indonesia sebagai kembang desa yang banyak dipuja.

Masuk dan menyebarnya agama Kristen di Indonesia terjadi serentak dengan masuknya kolonialisme Barat. Portugis maupun Belanda sama-sama datang dengan membawa misi Kristen. Dalam teks pidato kenegaraan Raja Belanda, 18 September 1901 disebutkan :

“Sebagai bangsa Kristen, Belanda mempunyai kewajiban untuk memperbaiki keadaan orang-orang Kristen pribumi di daerah kepulauan Nusantara, memberikan bantuan lebih banyak kepada kegiatan missi Kristen.”¹

Pada tahun 1810 Raja Willem I mengeluarkan peraturan keharusan gereja bersatu dengan Negara di Indonesia. Peraturan ini melahirkan rekomendasi untuk mengirimkan para missionaries dalam jumlah banyak ke Jawa dan Ambon. Di Indonesia, tanpa bantuan pemerintah (Belanda), administrasi gereja Hindia tidak mungkin mempunyai kekuatan untuk mengatur langkah-langkahnya secara tertib.²

Jadi, selain mengekploitasi kekeyaan alam, kolonialisme Barat juga berusaha menghancurkan Islam yang dipeluk oleh pribumi. Pribumi yang masuk Kristen tentu lebih setia kepada perintah koloial yang sama-sama beragama Kristen dibanding pribumi yang beragama Islam.


Konspirasi Perumusan Dasar Negara (BPUPKI)

Sejarah mencatat pengkhianatan orang-orang Kristen atas kemerdakaan RI saat rapat BPUPKI untuk menentukan dasar Negara. Para ulama mengusulkan, Indonesia nantinya menjadi Negara Islam. Namun usulan ini ditolak oleh nasionalis sekuler dan Kristen. Karena terjadi perdebatan panjang, BPUPKI membentuk Panitia Sembilan. Saat itu, A.A Maramis mewakili pihak kristen.

Tanggal 9 Juli 1945, Panitia Sembilan menyusun Gentlemen’s Agreement, yang dikenal sebagai Piagam Jakarta. “Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Demikian isi sila pertama.”

Namun, pada saat rapat BPUPKI 11 Juli 1945, Piagam Jakarta digugat oleh seorang Kristen Maluku, Latuharhary, dengan alasan yang dibuat-buat. Usulan ini ditolak. Wahid Hasyim, sebagai wakil NU, meminta tujuh kata tidak dipersoalkan. Bahkan ia mengusulkan, “Presiden harus beragama Islam.” Dan pasal 29 ditambah , “Agama Negara adalah Islam.” Selain itu, Ki Bagus Hadikusumo, tokoh Muhammadiyah mengusulkan kalimat, “bagi pemeluk-pemeluknya”, dicoret. Sehingga bunyinya, “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam.”

Jadi pada awalnya, pelaksanaan syariat Islam dimasukkan dalam konstitusi. Hanya, pada tanggal 18 Agustus 1945 terjadi musibah, Piagam Jakarta dihapus. Konon, karena kedatangan opsir Jepang ke Mr. Hatta. Ia mengaku utusan Kristen Indonesia, yang dikemudian hari terungkap, yang mengutusnya adalah Sam Ratulangi, politikus Kristen yang picik dari Minahasa, Sulawesi.

Isi pesannya singkat, “Tujuh kata itu dihapus. Kalau tidak, umat Kristen di Indonesia Timur akan memisahkan diri dari NKRI yang baru saja diproklamasikan.” Muhammad Natsir menganggap ini adalah ultimatum kepada RI. (Adian H, Wajah Peradaban Barat, hlm 374-376).


Ulama dan Santri Pahlawan Indonesia

Berangkat dari fakta sejarah di atas, orang sehat akan berkesimpulan, antara orang Kristen telah menjalin hubungan mesra dengan para penjajah. Oleh karena itu, perjuangan untuk mengusir penjajah mustahil dilakukan oleh orang-orang Kristen apalagi pahlawan nasional beragama Kristen. Yang merasakan suka duka perjuangan memerdekaan Indonesia adalah Umat Islam lewat peran Ulama dan santri.

Adapun beberapa pahlawan yang dianggap sebagai perwakilan orang Kristen, seperti Kapitan Pattimura dan Sisinga Mangaraja adalah klaim belaka. Sejarah telah mendistorsikan mereka. Karena sejarah membuktikan mereka adalah Pejuang Islam. Yang diperjuangkan oleh ulama Islam saat itu adalah penegakkan Islam, bukan demokrasi,atau pancasila. Memperjuangkan nilai kedua ideology di atas tidak pernah terlintas dalam benak para ulama pejuang.

Karena, keduanya tidak dikenal pada masa itu. Kenal saja tidak, apalagi memperjuangkannya. Salah satu buktinya, pengeran Diponegoro menuntut Belanda untuk memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk menerapakan syariat Islam di tanah Jawa.³

Kesimpulannya, kolonialisme dam missi Kristen mempunyai hubungan erat. Kedatangan mereka bukan hanya menjajah sumber daya alam tapi juga menjajah secara ideology. Keliru kalau pemerintah Indonesia sekarang memberikan penghargaan kepada orang yang jelas-jelas telah berkonspirasi dalam perjalanan memerdekaan Bangsa ini. Wallahu’alam


Penulis : Irfan Kurniawan (Dewan Ta'dib Regional PW PII NTB 13'-15')



Catatan Kaki :



  1. Deliar Noer, Gerakan Islam Modern, hlm. 184

  2. Deliar Noer, Gerakan Islam Modern, hlm. 187

  3. A.M. Suryanegara, Api Sejarah 1. hlm. 203

  4. Adian H, Wajah Baradaban Barat, hlm. 374-376

  5. Majalah An-Najah edisi 63 Desember 2010, hlm. 5-6.

  6. VOA Islam. Com

Share with your friends

DONASI SEKARANG Donasi anda akan digunakan untuk kepentingan dakwah melalui PW PII NTB seperti mendanai kegiatan PII, perpanjang domain dan optimalisasi website. Jazakumullahu Khairan.

1 komentar:

  1. Mungkin sejarahnya tidak sesederhana itu. kita sebagai bangsa yang besar dan penganut agama yang mulia harusnya lebih santun untuk melihat sejarah dalam bingkai Indonesia...

    BalasHapus

STRUKTUR ORGANISASI

ARI SEPTIAWAN

Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Nusa Tenggara Barat Periode 2023-2025

GINA HAEROUMMAH

Ketua I Bidang Kaderisasi

AHMAD FAHREZI

Ketua II Bidang Pengembangan dan Pemberdyaan Organisasi

ARYA NAQSABANDI

Ketua III Bidang Komunikasi Ummat

ABIYYUZAKI SYUKRON

Sekretaris Umum

IKHSAN MAULANA

Bendahara Umum

UMMARROH ANSYARIAH

Ketua BO KOORWIL PII Wati

SAFIRA RAHMAH

Sekretaris dan Bendahara BO

BAIQ RIA HIDAYATI

Kadiv Kajian Isu Strategis dan Eksternal

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done