Idea Of Progress Kepemimpinan Pemuda Oleh Rusydi Hikmawan - PII NTB
News Update
Loading...

Rabu, 01 Juli 2020

Idea Of Progress Kepemimpinan Pemuda Oleh Rusydi Hikmawan


Bangsa yang sarat kemajuan ialah bangsa yang membutuhkan visi. Ia serupa kekuatan layaknya spirit yang mendorong perubahan. Visi menghasilkan etos. Laku hidup yang dinamis dan progresif menjadi hasilnya. Inilah buah pikiran yang selalu lahir dari cerlang pikiran almarhum Nurcholish Madjid: paling tidak membangun kembali Indonesia butuh satu generasi.


Tak hanya secara nasional, untuk mewujudkan satu generasi yang lebih baik bagi NTB memang membutuhkan waktu yang lama. Tak cukup masa waktu 25 tahun untuk menelurkan generasi dengan kualitas prima. Walau di tempat yang berbeda kemungkinan itu selalu ada.

Lihat kenyataan negeri jiran Malaysia, hanya membutuhkan satu generasi untuk mengejar ketertinggalan, lalu meninggalkan Indonesia yang dulu pernah menjadi "kakak" pendidikan. Tertinggal sehasta: sehasta ide, sehasta visi. Malaysia punya visi ideal 2020, sedangkan Indonesia terbayang oleh deviasi banyak harap, namun tumpul visi.

Revitalisasi keIndonesiaan –khususnya ke-NTB-an, membutuhkan kerja keras lebih dari satu generasi ke depan. Bukan hanya pada saat transisi demokrasi yang sarat dengan perubahan institusional dan kultural kebangsaan, namun juga saat dibutuhkannya perubahan secara "radikal" mengenai negara-bangsa secara holistik.

Untuk itu mentransformasi Indonesia berawal dari teladan kepemimpinan yang prima adalah sebuah keniscayaan. Kepemimpinan yang visioner tak akan tercapai kecuali dengan menyediakan ruang gerak bagi jejaring kepemimpinan pemuda.


Pemuda Garda Depan

Ini kunci utama pembangunan bangsa: kepemimpinan pemuda. Dalam lembaran sejarah, tiap perubahan zaman selalu dimulai dengan barisan pemuda yang visioner, berani, pantang menyerah, dan tak hirau dengan gemerlap imbal jasa maupun popularitas.

Bermula dari sejarah kebangkitan nasional 1908, sumpah pemuda 1928, kemerdekaan RI 1945, angkatan 1966, peristiwa Malari 1974, hingga gerakan reformasi 1998 yang merupakan sebuah deretan sejarah kepemudaan bagi tegaknya peradaban. Bukan hanya semangat perlawanan kritis, tapi lebih dari itu menyimpan sebuah spirit jiwa merdeka dan mampu menerobos zaman.

Kini bangsa membutuhkan entitas pemuda yang merapatkan integritas bangsa. Elemen pergerakan pemuda, yang terdiri dari mahasiswa, aktivis, taruna, dan seterusnya dalam pelbagai dedikasi maupun institusi di berbagai lini, mesti dipersatukan dalam common platform membangun kembali keIndonesiaan.

Kenyataannya, ideologisasi yang meluruh disertai dengan pragmatisme pergerakan, semakin menyurutkan langkah persatuan. Polarisasi pergerakan hadir bahkan hingga menimbulkan jarak, oleh egoisme berupa kepentingan sesaat (vested interest).

Meskipun ada himpunan bernama ”gerakan mahasiswa,” misalnya, tak lebih dari rutinitas bak ritual yang amat formalitas. Gerakan yang tampak di permukaan saja, yang senyatanya tidak mampu meraih intisari idealitas yang diusung. Terjebak dalam gemerlap kerumunan, bukan barisan yang mempersatukan.

Tantangan berwujud skisma atau perpecahan pergerakan ini ialah bukti belum tertibnya kepemimpinan (pemuda). Dalam matra lain, kita menemukan perspektif bahwa fenomena kepemimpinan pemuda yang kelihatan instan dan "asal jadi" sesungguhnya bermuara pada penyebab gagalnya menyiapkan generasi pemuda terkini dalam menyongsong masa depan.

Hal lain yang terkait dengannya ialah krisis keteladanan bangsa dari "kaum tua" sekaligus masih peliknya kondisi pendidikan nasional, zeitgeist. Guna menata bangunan peradaban bangsa yang relatif baru, maka kepemimpinan pemuda merupakan aspek krusial.

Reinvensi kepemimpinan pemuda yang menghimpun jalinan tali persatuan dan mempunyai teropong yang visioner perlu dirangkai dalam jejaring rekayasa masa depan yang terencana secara strategis. Salah satunya ialah penanaman pendidikan kepemimpinan pemuda secara nasional yang bersifat nasionalis, pluralis, dan strategis dalam pelbagai aspek kehidupan bangsa.


Format Kepemimpinan Pemuda

Kepemimpinan pemuda perlu diformat oleh sentuhan zeitgeist (jiwa zaman, Hegel) yang melulu membumikan altruisme kebangsaan. Format kepemudaan sebagai upaya kristalisasi kepemimpinan visioner melalui berbagai elemen pemuda di seantero negeri ini harus disadari sebagai bagian dari warga negara yang punya kesadaran hakiki dan kematangan berpikir membangun bangsa.

Format kepemimpinan yang harus diwujudkan semestinya sesuai dengan "jiwa zaman" yang membangun sistem pribadi-pribadi yang unggul, asketik, arif, dan berlandaskan pada moral etik di atas eksklusivisme primordialistik. Menerobos batas dengan berupaya melampaui konflik kepentingan secara pribadi maupun kelompoknya demi kemaslahatan bersama, sebagai prasyarat berikutnya.

Bagaimana pun, sebuah barisan kepemimpinan pemuda mesti dibangun di atas paradigma yang membebaskan dan mencerahkan. Untuk itu, ia (pemuda) perlu membangun barisan yang cinta khazanah keilmuan dalam samudera republica literaria (Latif, 2005).

Yakni, generasi yang senantiasa belajar segala ilmu dengan memuliakan pikiran sebagai manusia mulia. Hingga saatnya benih-benih kaum inteligensia dan intelektual hadir menuntun peradaban bangsa dengan kitab-kitab yang mencerahkan bangsa, disertai oleh kearifan melalui kepemimpinan kolektif.

Untuk itu, setiap pribadi sebagai pemuda harus merdeka sejak dalam pikirannya sedari dini. Bahkan, kata almarhum Pramoedya, kita harus adil sejak dalam pikiran. Kekuatan sebuah ide atau gagasan mampu menata dunia (idea of progress) secara lintas-batas dan lintas-zaman. "Kebebasan" ialah prasyarat kemerdekaan berpikir. Bukan ide untuk pragmatisme, tapi ide untuk independensi di atas idealisme, di mana pun ia berdiri. Tentu disertai oleh kepekaan etik spiritual bagi junjungan moralitas yang berpijak pada kebenaran.

Dalam sejarah kebangsaan, Indonesia mempunyai sejumlah tokoh yang memiliki sisi moralitas yang pantas dijadikan model atas format yang dibangun. Sebut saja Bung Syahrir, Haji Agus Salim, dan Mohammad Roem. Jika kita baca riwayat hidup, pergulatan dan perjuangannya, keluar-masuk penjara, dibuang hingga diasingkan, maka semua orang akan tersadarkan, betapa susahnya menggapai keberhasilan secara beradab.

Kepekaan etika spiritual dan sisi moralitas yang berpijak pada kebenaran dari tokoh-tokoh tersebut adalah persepsi dan praksis mereka, yang memilih hidup serba susah sebagai pembebas bangsa ini dari penindasan penjajah.

Ada baiknya juga, jika setiap individu anak bangsa ini mau belajar dari Benjamin Franklin, mantan presiden Amerika Serikat (AS). Membangun “peradaban” individu dari dirinya sendiri, mempelajari dan mempraktekkan keadaban jujur, adil, ugahari (merasa cukup), diam (tidak gembar-gembor), tertib (disiplin), tenang, teguh hati, hemat, rajin, moderat, bersih (sehat), hidup murni, dan rendah hati untuk masa depan yang lebih baik.

Membangun kepemimpinan pemuda NTB tidak hanya dimulai dengan transformasi generasi, tapi juga harus dikristalisasi sebagai upaya real mencipta kepemimpinan yang berpihak pada perubahan. Karena tak ada transformasi kepemimpinan kecuali mempersiapkan kepemimpinan generasi visioner (pemuda) yang menjunjung tinggi idealitas dan moralitas.

NTB pun akan bangkit, menuju perubahan yang menjadi lebih baik dengan mengedepankan elemen pemuda yang visioner dan tentunya amanah, nrimo atas gugatan masyarakat ketika visi dan amanah telah terjual oleh rupiah. Semoga.


* Penulis adalah Koordinator Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Nusa Tenggara Barat Bidang Kajian Info Kepelajaran 2007-2009

_______________
Diterbitkan tanggal 13 Mei 2008 - diterbitkan ulang 1 Juli 2020 - Semoga bermanfaat

Share with your friends

DONASI SEKARANG Donasi anda akan digunakan untuk kepentingan dakwah melalui PW PII NTB seperti mendanai kegiatan PII, perpanjang domain dan optimalisasi website. Jazakumullahu Khairan.

4 komentar:

  1. asslm. alaikum wr.wb saya angkatan 1999-2002 pw pii ntb sekbid kaderisasi dakwah, semakin lama saya semakin prihatin dengan langkah dan gerak dakwah pii,kita semakin terpuruk ke arah mengagungkan bendera org. kita lebih condong membicarakan pilkada/pilgub seolah olah wibawa pii dimata ummat semakin pudar, niat dakwah semakin surut dari kuwait saya terus memantau perkembangan pii, kita seakan kehilangan pegangan yaitu amar ma'ruf nahi munkar semakin mengalun sumbang hilang, saya berdo'a semoga kan hadir seorang pembaharu di tubuh org yang saya kagumi ini, salam buat semua ikhwan/ ahwat yang masih aktif di pii hingga saat ini, mari kepakkan sayap jihad, hidup di jalan Allah atau mati syahid, jazakumullah khairal jazaa salamu 'alaikum.(siswadi idris)

    BalasHapus
  2. oya kalo bisa alamat sekretariat yang sekarang di cantumkan mungkin banyak rekan pii ingin ber silaturahmi kesana salam kangen buat rekan2 pii semua

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum saudara/i ku aktifis pii tercinta...
    sejujurnya saya bukan anggota pii dan tidak ada hubungan langsung dengan pii. tapi saya salut dengan cara kerja dan ukhuwah yang terbangun dalam organisasi ini. terus berkarya...
    semangat

    BalasHapus
  4. mohon izin ditampilkan di halaman saya..

    BalasHapus

STRUKTUR ORGANISASI

ARI SEPTIAWAN

Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Nusa Tenggara Barat Periode 2023-2025

GINA HAEROUMMAH

Ketua I Bidang Kaderisasi

AHMAD FAHREZI

Ketua II Bidang Pengembangan dan Pemberdyaan Organisasi

ARYA NAQSABANDI

Ketua III Bidang Komunikasi Ummat

ABIYYUZAKI SYUKRON

Sekretaris Umum

IKHSAN MAULANA

Bendahara Umum

UMMARROH ANSYARIAH

Ketua BO KOORWIL PII Wati

SAFIRA RAHMAH

Sekretaris dan Bendahara BO

BAIQ RIA HIDAYATI

Kadiv Kajian Isu Strategis dan Eksternal

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done