Agak telat memang saya mengenal PII dan diaktifkan oleh pejabat-pejabat PII daerah dan wilayah, seandainya saya tidak ditarik untuk aktif di Pengurus Daerah (PD) mungkin saya akan tetap aktif di kegiatan lingkungan hidup, aktif di SAMPALA, di GRAHAPALA bahkan di WWF NTB.
***
Akhir kepemimpinan di SAMPALA, atas permintaan ketua OSIS di sekolah, saya diminta untuk mengikuti kegiatan pesantren kilat, mau tidak mau yach akhirnya saya berniat untuk ikut sebagai peserta sampai selesai kegiatan, eh ternyata seusainya pesantren kilat ada kegiatan keagamaan lain, ketua OSIS itu memberitahukan kalau kegiatan tersebut adalah sama persis dengan pesantren kilat yang telah saya ikuti. Karena saya sangat menikmati kegiatan sebelumnya, tidak salah saya mengikuti kegiatan dadakan ini. Lebih aktraktif, lebih berani itu yang saya rasakan setelah mengikuti kegitan itu.
Di awal tahun ajaran baru, memulai sebagai status mahasiswa saya baru tahu kalau kegiatan kedua di tahun lalu merupakan kegiatan kaderisasi PII, ini karena saya ditarik menjadi pengurus daerah. Hah melempem banget PW PII NTB? Itu kesan yang saya dapat, bayangkan setahun lebih setelah training dan itupun karena minimnya kader yang aktif sebagai pengurus. Yach saya menganggap diri saya adalah orang sisa-sisa yang diharapkan. Apakah ini bukti tidak adanya manajemen dan profesionalitas pengurus PII NTB saat itu? Ini terjawab setelah genap empat tahun saya aktif di PII NTB di tahun 2007 ini.
***
Antara tahun 2001 hingga 2003 saya tidak tahu PII itu bagaimana, apa saja yang dilakukan dan sebagainya. Tidak ada akses untuk itu bagi saya. Pernah sesekali saya berkunjung ke sekretariat PW PII NTB, meliuk-liuk masuk gang melewati bantaran kali..fiuuuh
Untuk menjawab keinginantahuan, saya membuka album photo kegiatan PII NTB..hah di Mataram tahun 2002 pernah diadakan SDPN. Ditahun selanjutnya baru saya tahu SDPN adalah Sidang Dewan Pleno Nasional, hanya kegiatan bertaraf nasional itu yang pernah dilakukan di Mataram. Bagaimana di tahun-tahun selanjutnya? PII NTB nyaris tidak terdengar.
Murrobi saya pernah bertanya –semasa saya aktif di tarbiyah- "ana tidak pernah dengar apa itu PII, bagaimana kegiatannya di Dompu?" saya pun mengamininya, saya pun tidak tahu bagaimana PII itu, walau aktif sampai di tahun kedua. Saya mengambil kesimpulan, dari tahun ke tahun PII NTB memiliki masalah yang sama dan belum teratasi sampai tuntas. Semangat yang, syukur masih, kembang-kempis tidak menghilang sama sekali alias menguap.
***
Bagaimana upaya mendaur (recycling) semangat yang menguap diantara aktifis PII NTB? Perlu format yang tepat untuk mengatasinya, salah satu caranya adalah dengan melalui pendekatan sejarah.
Setiap kader mengetahui bagaimana kiprah dan sejarah PII di NTB, apa saja yang telah dan akan dilakukan PII di NTB itu cukup. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan SDPN tanggal 12 Maret 2002. Apakah semangat SDPN tersebut masih tersisa sampai saat ini? Ini dapat kita lihat di periode kepengurusan saat ini, karena visi dan misi, mungkin, tak akan habis selesai dengan hanya tiga kepengurusan sebelumnya. Inilah pentingnya rantai kepengurusan dan rantai semangat ke-PII-an tetap di jaga sampai kapan pun. Periode tahun ini pun harus menjaga eksistensi dan semangat para kader hingga PII ini, dipikir dan diputuskan, tidak dibutuhkan lagi di bumi Indonesia.
Adakah loyalitas keislaman kita yang diejawantahkan di PII NTB? Jawab dengan semangat dan aktfitas berPII mu...
Penulis adalah sisa-sisa semangat dan entitas yang hanya untuk menutup kebobrokan semasa di PD dan PW PII NTB.
Ditulis Oleh Rusydi Hikmawan (PW PII NTB 2007-2009) pada 24 Oktober 2007
2 komentar:
memang SDPN pernah dikerjain disini?
BalasHapusMENURUT SAYA, sepertinya memang butuh formulasi yang tepat untuk PII NTB, butuh militansi yang ekstra barangkali untuk para kader dalam mencoba membuat PII NTB minimal stagnan dan mungkin sekedar memelihara semangat yang sudah ada. Sefaham saya sejak 2001 PII NTB, terutama PW sekedar mengelola training, dan itupun diadakan atas inisiatif dari daerah shg bisa dikatakan sinergisitas itu belum ada (maaf).
BalasHapusKemudian kalau boleh ngomong, untuk pejuang2 baru wilayah sepertinya memang butuh menisbatkan diri khusus untuk periode ini untuk mengawali langkah maju membangun PII NTB kembali.
Potensi PD sepertinya sudah hamir kuat dalam menopang eksistensi PW ditingkat regional NTB maupun hubungannya dengan PII secara nasional. PD Bima misalnya setahu saya mereka punya potensi yang bahkan hampir menyaingi wilayah apakah terkait militansi maupun kepekaannya untuk menghadiri agenda2 PII. Kemudian barangkali cara pandang terhadap PD sepertinya butuh disamakan,.
Terkait ke-Islaman saya justru mendengar PII NTB lebih dikenal masif dan homogen, dibandingkan yang lain (tanpa bermaksud mendiskreditkan)..
Ya mungkin sekedar sharing, selebihnya saya yakin teman2 lebih fahamlah..dan ini juga tidak begitu utuh tapi mungkin bisa jadi tambahan info. yang barangkali bisa digali lagi lebih dalam dari KB-KB yang pernah berjuang disana. Afwan.