POST MORTEM PURITAS KADER - PII NTB
News Update
Loading...

Rabu, 01 Juli 2020

POST MORTEM PURITAS KADER


Seperti dalam sejarah mengkristalnya sistem kaderisasi PII, ta’dib turut serta mengawal proses kaderisasi. Sejak masa perintisan (1952-1958) hingga masa rekonstruksi (1991-1996) dan dengan dilakasanakannya Lokakarya Instruktur Nasional (LIN) tahun 1998, berdasarkan amanah Muknas ke 21 pada pengurus besar pada masa tersebut, maka dihasilkanlah konsep final ta’dib PII sebagai sistem kaderisasi yang baru.

Sejarah ta’dib PII memang bukan sejarah singkat, terlalu banyak tokoh-tokoh yang berada di belakang sejarah tersebut. Hingga kini, bagi PII ta’dib menjadi kitab kedua setelah quran dan hadits dalam menjalankan kerja dakwahnya. Menjadi kitab tentu karena ta’dib, buku induk kaderisasi, berdasarkan Anggaran Dasar PII baba VI Sistem Kaderisasi pasal 9 poin pertama ini merupakan ejawantahan quran dan hadits pula.

Ejawantahan tersebut memang menjadi konsepsi dasar ta’dib itu sendiri, bagaimana cara melihat proses kaderisasi untuk memperjuangkan Islam oleh PII. Bukan sebuah mimpi muluk memang ketika “Kesempurnaan pendidikan yang sesuai dengan islam bagi seluruh bangsa Indonesia dan ummat manusia” ingin direalisasikan. Tujuan tersebut merupakan keyakinan PII akan terbentuknya masyarakat berperadaban yang dibentuk melalui pendidikan dan tentunya PII harus bersikap realistis, berperan sesuai dengan fitrahnya sebagai organisasi kader (kaderisasi sebagai aktivitas ta’dib).

Anggota memang bukan hasil akhir. Pada tataran praktis memang kaderisasi untuk menghadirkan anggota baru yang akan berpartisipasi aktif dalam kegiatan PII, seperti dalam Anggaran Rumah Tangga Bab I Keanggotaan pasal 1, anggota PII merupakan pelajar yang aktif mengikuti kegiatan yang dibina oleh PII dan atau telah mengikuti proses kaderisasi PII. Inilah kenapa penulis menggunakan kata “menghadirkan” bukan “mencetak” anggota. menurut hemat penulis, kata menghadirkan lebih bersifat keikhlasan untuk turut serta dan tanpa pemaksaan, ini pula yang menjadi cikal bakal akan lahirnya kemurnian kader PII.

Pada tahapan hakekat, kata kader yang sepatutnya digunakan. Ini tentu karena kader merupakan seseorang yang dipersiapkan untuk mengemban tugas masa dengan dengan kemampuan, kualitas dan kualifikasi tertentu. Kader menjadi kekuatan inti organisasi dan ummat Islam untuk menjadi pelopor, penggerak dan penjaga misi perjuangan guna mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Idealitas kader merupakan konseptualisasi dan kristalisasi dari pemahaman tentang konsep manusia dan tujuan hidupnya. Idealitas tersebut akan menjadi titik pencapaian proses pendidikan yang ditempuh melalui proses pelaksanaan ta’dib.

Bukan sekedar keanggotaan yang harus dicapai, tapi sosok kader ideal pun menjadi profil paripurna atas konstruksi dan kinerja yang harus dimiliki oleh seseorang yang menempuh proses ta’dib secara menyeluruh memang untuk menegasikan kemapanan proses kaderisasi tersebut. Bila merasa cukup hanya dengan batra, tidak diikuti dengan intra atau advantra artinya anggota tersebut telah memutus kesempurnaan ta’dib yang seharusnya dilakukannya. Artinya ada kemapanan, yang dipikir cukup oleh anggota tersebut dalam menjalankan proses kaderisasi. Tentu hal ini menjadi bukti telah matinya (mortem) kemurnian anggota.

Banyak hal yang menjadi terjadinya hal tersebut. Ini tidak terlepas dari perekrutan pra dan pasca training yang dilakukan. Ada lingkaran yang terputus dalam merealisasikan ta’dib. Perekrutan dari anggota tunas, follow up setelah dan sebelum training sering diabaikan. Kursus dan taklim menjadi bagian kegiatan ta’dib yang tak pernah terjadi dan sepi dari perbincangan.

Tetesan keringat dan darah para penyusun ta’dib telah disia-siakan. Artinya ada orientasi ta’dib telah dinihilkan. Dikemanakan orientasi iman dan takwa serta orientasi keummatan selama ini? ini memang menjadi hal yang tidak menarik diperbincangkan saat ini. Menghayati orientasi ta’dib, benar juga apa yang ditulis Quraish Shihab dalam Membumikan al Quran-nya, “Perubahan dalam terlaksana akibat pemahaman dan penghayatan nilai-nilai al quran….”

Tentu bukan hanya cita-cita Quraish, PII pun mendambakan “Perubahan yang terjadi pada seseorang harus diwujudkan dalam suatu landasan yang kokoh serta berkaitan erat dengannya, sehingga perubahan yang terjadi pada dirinya itu menciptakan arus, gelombang, atau paling tidak sedikit riak yang menyentuh orang-orang lain,” tutur Quraish. semoga dengan kepemimpinan PII nasional yang telah terpilih kini mampu membangun kemurnian kader yang lama tertidur.

_______________
Diterbitkan 5 Agustus 2008 - diterbitkan ulang 1 Juli 2020 - Semoga bermanfaat

Share with your friends

DONASI SEKARANG Donasi anda akan digunakan untuk kepentingan dakwah melalui PW PII NTB seperti mendanai kegiatan PII, perpanjang domain dan optimalisasi website. Jazakumullahu Khairan.

1 komentar:

  1. ada mantan pengurus PII baru saja menerbitkan novel sejarah Tembang Ilalang. didalamnya disinggung pula pergumulan antara PKI dan anak-anak PII saat peristiwa madiun. perlu di apresiasi rasanya. siapa tau lahir andrea hirata atau kang abik dari rahim PII. novelnya sudah ada di toko buku di seluruh indonesia. silakan beli, saya sudah.

    hidup kader pii

    BalasHapus

STRUKTUR ORGANISASI

ARI SEPTIAWAN

Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Nusa Tenggara Barat Periode 2023-2025

GINA HAEROUMMAH

Ketua I Bidang Kaderisasi

AHMAD FAHREZI

Ketua II Bidang Pengembangan dan Pemberdyaan Organisasi

ARYA NAQSABANDI

Ketua III Bidang Komunikasi Ummat

ABIYYUZAKI SYUKRON

Sekretaris Umum

IKHSAN MAULANA

Bendahara Umum

UMMARROH ANSYARIAH

Ketua BO KOORWIL PII Wati

SAFIRA RAHMAH

Sekretaris dan Bendahara BO

BAIQ RIA HIDAYATI

Kadiv Kajian Isu Strategis dan Eksternal

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done