Notulensi Ngobrolin Feminisme Koordinator Wilayah Korps Pelajar Islam Indonesia (PII) Wati Nusa Tenggara Barat
- Notulensi Ngobrol Feminisme
- DOWNLOAD PDF
Atau lanjut membaca di bawah sini.
Tanggal Kajian : Jum’at, 3 Juli 2020
Jenis Kajian : Online
Waktu Kajian : 20.00 - 22. 30 WITA
Tema Kajian : Feminisme dalam Sudut Pandang Islam
Moderator : Siti Nurtadahlia
Pemateri : Pemateri 1 : Yanti Febrianti
Pemateri 2 : Lata Mau Sandi
Peserta : 90 Orang
Hasil Acara
- Pembukaan
Kajian dibuka oleh moderator pukul 20.00 WITA
- Penyampaian Materi
Penyampaian Materi Oleh Pemateri Pertama Yanti Febrianti
Ketika mendengar kata feminis yang terpikirkan adalah perempuan yg ditindas, tak punyak hak, dan dari itu harus diperjuangkan haknya. Sehingga lahirlah istilah kesetaraan, emansipasi, dan keadilan. Istilah-istilah tersebut sangat femiliar ketika kita menyebut atau menulis kata femisme di layar pencarian google.
Kata feminisme dlm KBBI bermakna gerakan wanita yg menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. Feminisme berasal dari bahasa latin, Femina atau feminis yang merupakan kombinasi dari kata fe berarti iman dan Mina yang artinya kurang, jadi Femina artinya kurang iman. Persamaan ini membuktikan bahwa di barat perempuan dianggap sebagai yg kurang iman, dalam pemahaman tentang penemuan sekunder atau kedua setelah laki-laki. Kata "isme" berasal dari bahasa Yunani yang menandakan paham, pembicaraan atau kepercayaan. Sementara pengertian feminisme adalah sebuah gerakan yang dilakukan oleh kaum perempuan yang menuntut emansipasi atau menyetujui dan keadilan yang setara dengan para laki-laki. Orang yg mendukung dan memperjuangkan gerakan feminisme disebut feminis.
Feminis memperjuangkan kesamaan hak antara laki -laki dan perempuan yg biasa kita dengar atau baca dgn istilah kesetaraan gender.
Misal: hak perempuan mendapatkan waris, berpendidikan tinggi seperti laki-laki, bekerja seperti laki-laki.
Feminisme muncul pada awal abad ke 16. Gerakan ini bermula di dunia barat. Gerakan ini muncul karena di masa itu perempuan barat ditindas oleh laki-laki dalam keluarga, pemuka agama maupun penguasa. Mereka tidak memiliki hak waris, sekolah, bahkan bekerja. Perempuan dianggap pajangan dan pemuas nafsu.
Tiga gelombang dalam gerakan feminis
1. Edukasi: Skill domestik
2. Politik : Hak tubuh dll
3. Wanita vs laki-laki : Wanita dan laki-laki sama-sama dieksploitasi oleh sistem
Saint Paulus pun menilai bahwa perempuan adalah makhluk kelas dua, raja James 1 dari kerajaan Inggris memvonis banyak wanita adalah nenek sihir. Di Amerika, sewaktu mengisyaratkan deklarasi kemerdekaan 1776 telah menyebutkan "all man are created equal ( semua manusia diciptakan setara)"
Di Indonesia gerakan femisme tercium dr tahun 1920 yaitu dalam sastra emansipasi ditandai dengan hadirnya novel-novel terbitan balai pustaka.
Pada tahun 1928 ada kongres perempuan pertama di Jogja. Pada tahun 1935 kongres perempuan ke 2 di Jakarta. Kemudian yang sangat fenomenal adalah muncul tokoh RA Kartini dimana Kartini dikisahkan sangat terdzolimi, menjadi istri ke 2, menggugat poligami yg terjadi pada saat itu, mengisahkan pendidikan perempuan yg rendah lalu ia bergerak mengajari perempuan membaca dan terkenal lah Kartini sebagai tokoh feminis Indonesia.
Terdengar juga istilah patriarki dan Kartini dijadikan sebagai icon feminis indonesia.
Ada kah yang salah dengan perjuangan itu?
Tentu saja salah. Apa yg salah?
Suatu hal yang salah dari gerakan feminis adalah worldview nya.
Dimana worldview feminis meniadakan fitrah perempuan.
Salahnya (red. World view) adalah cara pandang laki-laki terhadap perempuan dan perempuan yang mengganggap bahwa dia harus sama dan setara dengan laki-laki. Fitrah perempuan adalah menjadi hamba yang sholihah, istri yang mematuhi suami( kecuali suami yang mengajak berpaling dari Allah) mendidik anak, taat kepada ortu dan bermanfaat bagi semesta.
Berbicara tentang hak, peran, dan tanggung jawab yang melekat pada laki -laki dan perempuan itu sebagaimana ia sebagai seorang manusia. Tak ada perbedaan. Sholat, puasa, zakat, dsb. Dalam islam, perbedaan peran dalam hal hak, peran dan tanggung jawab antara pria dan wanita semua itu di disebut adil.
Tentu saja Islam bukan feminis dan tidak ada feminis dalam Islam. Islam adalah Islam dan feminisme adalah feminisme. Dalam Islam, konsep adil berbeda dengan konsep setara maka dari Islam tidak pernah feminis/feminisme.
Terkait Kartini, itu tidak sebagaimana yg beredar. Sejarah Kartini tidak sampai disitu saja. Kartini dengan pemikirannya itu masih ada lanjutannya. Cerita Kartini itu berlanjut, Kartini muda bertemu dengam kiyai Soleh dara lalu belajar Al-Qur'an dari beliau. Pemikirannya mulai berubah. Perjuangan mencerdaskan perempuan itu terus berlanjut, tetapi tidqk lagi dengan tuntutan bahwa perempuan juga harus setara dgn laki-laki karena memang perempuan harus cerdas. Ada kesalapahaman terkait Kartini yg tidak kerudungan. Hal tersebut karena ia belum sempat belajar ayat yang berkaitan dengan aurat keburu kiyai Soleh dara meninggal. Hal ini seakan terkubur oleh kaum feminis.